Akuntansi untuk Tuyul

akuntansi untuk tuyul

Belakangan ini, di grup-grup WA yang saya ikuti, ada foto halaman muka skripsi seorang mahasiswa yang membahas masalah akuntansi untuk tuyul. Awalnya, saya kira ini meme lucu-lucuan saja. Dan karena grup WA yang saya ikuti bukan grup dengan berlatar belakang pendidikan akuntansi, maka respon yang didapat di grup juga hanya guyonan sambil lalu dan dengan cepat berganti ke topik-topik yang lain.

Ternyata memang saya yang tidak mengikuti perkembangan dunia akuntansi. Skripsi ini menjadi perdebatan di kalangan akademisi akuntansi. Mengenai tingkat keilmiahan dan manfaat dari skripsi ini ditulis. Beruntung, di acara Sarasehan Akuntansi Multiparadigman (SAM) 2017 yang diselenggarakan oleh Jurnal Akuntansi Multiparadigma (JAMAL) FEB UB ini, ada presentasi singkat dari Bonie Suherman yang merupakan pembimbing skripsi dari penulis Akuntansi untuk Tuyul.

Sejak awal, ketika penulis mengajukan judul skripsi Akuntansi Tuyul, Bonie mengatakan bahwa dia tidak menjamin bahwa penulis bisa lulus ujian skripsi dengan tema itu karena topiknya yang debatable alias masih menjadi perdebatan. Tapi demi melihat antusiasme dan semangat penulis, Bonie akhirnya menyetujui judul skripsi tersebut.

Dari sudut pandang Bonie sebagai pembimbing skripsi, riset akuntansi mengalami stagnansi. Penelitian akuntansi kebanyakan adalah penelitian yang menggunakan fenomena-fenomena di barat yang lalu diadopsi dan diteliti ulang di Indonesia. Sementara tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan pengetahuan secara keseluruhan dengan berpedoman pada integritas dan kearifan lokal. Boenie memandang skripsi ini mengandung fenomena lokalitas yang memang terjadi di Indonesia, khususnya pada lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Jawa Timur.

Fenomena tuyul adalah satu dari sekian fenomena ‘mistis’ yang diteliti. Tentu saja karena bersifat mistis, maka penelitian mengenai ini dianggap tidak rasional, tidak ilmiah, dan tidak bermanfaat. Ditambah dengan faktor mistis mengarah kepada tahayul, tentu membuat sebagian orang berpikir penelitian ini sarat dengan unsur syirik.

Penelitian ini berangkat dari fenomena monkey business, yaitu bisnis yang memperjualbelikan barang dengan harga bombastis dan bagi sebagian orang sangat tidak masuk akal. Contohnya adalah batu akik, ikan louhan, dan tanaman daun bergelombang (saya lupa namanya). Nah, dari femonema ini, penulis tertarik untuk meneliti tuyul sebagai komoditas jual beli dalam monkey business.

Penentuan harga barang dipengaruhi oleh biaya, nilai barang, harga pasar, dan perbandingan (benchmark). Sedangkan nilai barang dipengaruhi oleh faktor preferensi, motif, rasional pembeli. Bagaimana dengan fenomena jual beli tuyul ? Mengapa harga tuyul mesir mencapai 1,7 miliar ? Itulah yang ingin diteliti. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari akuntansi biaya dan akuntansi keperilakuan. Tujuan dari penelitian ini bukan untuk menyelesaikan masalah ‘tuyul’ tapi untuk menyajikan fenomena yang ada dengan metode penelitian kualitatif interpretif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan dukun dan juga observasi. Jadi penelitian ini bukan untuk menguji apakah tuyul eksis atau tidak.

Temuan penelitian ini adalah pengetahuan tentang tuyul. Penentuan harga tuyul ditentukan oleh kriteria tuyul. Misalnya jika harga tuyul murah maka tumbalnya banyak atau sebaliknya jika harga tuyul mahal maka tumbalnya sedikit. Ada juga tingkatan ‘pendidikan’ tuyul. Makin pintar tuyul, maka makin mahal harganya. Untuk perolehan tuyul bisa dilihat dari ritual pencarian dan juga ada alih kepemilikan tuyul. Sedangkan unsur harga sewa atau beli tuyul tergantung pada biaya, waktu, harga pasaran, dan juga nilai (manfaat, skill, sesajen, dan tumbal).

Pada saat ujian skripsi, karena skripsi ini pasti akan jadi perdebatan dan juga belum tentu penulis bisa lulus, maka Bonie meminta penulis untuk membawa semua bukti-bukti saat melakukan wawancara dan observasi penelitian. Foto-foto, hasil rekaman, dan barang-barang yang didapat dari dukun dibawa ke ruang ujian. Setiap kali melakukan wawancara dengan dukun, penulis harus membayar sejumlah uang yang nilainya sama dengan orang-orang yang akan melakukan konsultasi pada dukun itu. Penulis bahkan membeli cairan pencuci keris dalam botol kecil sebagai salah satu dokumentasi penelitian yang harganya jauh lebih mahal dari barang-barang di Body Shop.

Bagi Bonie, temuan lainnya adalah rasionalitas nilai yang relatif. Ada perbedaan antara rasional dan rasionalisasi. Kita bisa saja mencari rasionalisasi atas barang yang kita beli. Misal bagi sebagian perempuan, membeli tas dengan harga jutaan adalah hal yang wajar meskipun bagi sebagian yang lain keputusan untuk membeli barang dengan harga jutaan adalah tidak wajar.

Dari penulis, Bonie mendapatkan tentang banyak hal. Sebagai pembimbing, dari awal Bonie merasa ragu dan tidak menjamin jika penulis bisa lulus dihadapan penguji. Bagi Bonie, penulis secara akademik memiliki prestasi biasa saja dan pada saat pembelajaran di kelas juga tidak terlalu menonjol. Namun ketika Bonie menanyakan apa motif penulis menulis skripsi, penulis mengatakan bahwa dia bukan berjuang untuk mendapat nilai A tapi untuk melakukan yang terbaik dari apa yang dia bisa. Bahkan, selama proses bimbingan, penulis hampir menyerah karena narasumber dukun ke 4 yang diwawancara oleh penulis mengatakan bahwa penulis sebaiknya tidak kesini lagi karena narasumber merasa tidak nyaman dengan kehadiran penulis. Penulis sempat ingin ganti topik. Namun akhirnya penulis tidak menyerah dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengatakan bahwa karena skripsi inilah akhirnya dia menyukai dan memahami akuntansi sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Bonie mempertanyakan kepada sebagian orang yang berpikir bahwa penelitian ini tidak bermanfaat, sebenarnya apa yang diharapkan dari penelitian mahasiswa S1 ? Bagi Bonie, setiap mahasiswa memiliki keunikan masing-masing, salah satu hal yang penting adalah mahasiswa mengetahui untuk apa dia meneliti dan menyukai penelitian bukan hanya sebagai syarat wajib kelulusan. Tidak ada keinginan dari Bonie sebagai pembimbing atau Feby sebagai penulis untuk mencari ketenaran dengan menulis topik kontroversional. Mereka tidak menyangka jika skripsi ini menjadi viral di dunia maya dan menjadi perdebatan di kalangan akademisi akuntansi.

Dari sini saya mendapatkan pelajaran, sebagai pendidik, seorang dosen seharusnya bisa memahami bahwa tiap mahasiswa kemampuan yang berbeda. Setiap mahasiswa adalah makhluk yang unik. Maka tugas pendidik adalah memahami keunikan tersebut. Seperti kata Prof Iwan Triyuwono, tugas pendidik adalah membuat mahasiswa menemukan dirinya sendiri.

You may also like

2 Comments

  1. wah thanks banget buat respon positif dr ibu ria.
    semoga menjadi motivasi dan inspirasi bagi pembaca…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *