Dua Tahun Pernikahan, Dua Raga Yang Akhirnya Menyatu

dua tahun pernikahan ria dan miqdam (2)

Kadang kita memutuskan untuk menikah dengan seseorang hanya karena hal sepele. Misalnya, sebelum menikah, dia tidak malu untuk menghabiskan sisa makananku jika kami sedang makan berdua di warung. Kadang dia memakan apa yang tidak aku suka dan menyuruhku menghabiskan makanan yang aku suka terlebih dahulu. Setelah memastikan aku tidak sanggup makan lagi, baru dia memakan sisanya.

Hal kecil ini yang meyakinkanku untuk menikah dengannya dua tahun lalu sekalipun aku belum siap karena aku punya setumpuk mimpi-mimpi yang belum aku raih. Tapi dia meyakinkanku, kami berdua tetap bisa meraih apa yang kami impikan masing-masing setelah menikah.

Dan, dia membuktikannya. Aku merasa lebih punya tujuan hidup setelah menikah. Dia jarang mengatakan ‘tidak’ jika aku mulai punya banyak permintaan. Kami berdiskusi. Kami bernegoisasi. Mana-mana yang akan dilakukan. Apa-apa yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Dia membuatku berpikir dua kali lipat lebih panjang daripada sebelumnya. Dan di akhir percakapan, dia menyerahkan keputusan kepadaku. Lama-lama aku jadi punya filter dan tahu cara mengambil keputusan tanpa harus tergesa-gesa. Benar kata orang, menikah adalah salah satu proses untuk menjadi lebih dewasa. Saya merasa lebih memikirkan banyak pertimbangan sebelum melakukan sesuatu.

Di dua tahun pernikahan ini, banyak hal yang sudah kami alami. Dua tahun menjalani hubungan jarak jauh memang ternyata melelahkan. Belum lagi biaya transportasi yang harus kami keluarkan dan sedikitnya quality time di antara kami berdua membuat aku berpikir ulang untuk meneruskan hubungan jarak jauh dan mencoba mendaftar untuk formasi dosen Akuntansi Syariah di IAIN Pekalongan. Alhamdulillah, Allah SWT merestui dan memberi jalan dengan jawaban diterima. Atas restu orang tua dan semua keluarga serta teman-teman kami, aku yakin hasil ini bukan cuma karena usaha saya semata tapi karena doa-doa yang bertebaran yang selalu mereka panjatkan untuk kami berdua. Aku merasa bahagia memiliki orang-orang seperti mereka.

Tahun 2018, insyaallah kami tidak lagi menjalani hubungan jarak jauh. Sekalipun belum mendapat panggilan resmi mengajar, aku sudah bersiap-siap untuk pindah ke Pekalongan dan memulai hidup baru di sana. Semoga di tahun 2018 kami bisa menjalani kehidupan pernikahan dengan lebih baik, dan dapat bermanfaat untuk orang lain. Amin.

Terima kasih ya, suami. Jangan capek denganku yang aneh bin ajaib ini.

 

Sayang kamu, selalu.

Jombang, 26 Desember 2015 – 26 Desember 2017

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *