KELANA, SEBUAH CERITA (BAGIAN LIMA)

Hai, Ria. Surat ini kubuat untukmu. Siapa aku ? Aku adalah bagian dirimu yang lain yang ada di dalam hatimu. Kamu pernah menulis tentang dua orang dalam dirimu yaitu Ria A dan Ria B. Ria A yang manis dan menyenangkan. Ria B yang rumit. Ria B yang pendendam dan suka berpikir negatif. Kadang Ria A dan Ria B bertengkar dalam kepala tentang segala hal. Dan selama ini, Ria A sering menang. Ria B tersimpan di salah satu sudut otak, kadang dia menyeruak lalu membuat Ria menangis karena kelelahan.


Selamat ya, Ria. Aku tahu kamu sekuat ini. Kamu sudah menjalani hidup dengan baik. Kamu sudah membesarkan Kelana dengan baik. Meski aku tahu kamu sering tidak sabar dan marah-marah kalo Kelana mulai rewel dan melakukan banyak hal yang kamu larang. Aku tahu, dalam hati kecilmu sebenarnya hanya dipenuhi oleh cinta dan cinta kepada Kelana. Hanya saja kamu belum terbiasa untuk membagi hidupmu dengan makhluk mungil itu. Tapi lambat laun, aku yakin kok kamu akan terbiasa. Kita akan bisa menghadapi ini bersama-sama. Sampai suatu saat, jika Kelana sudah cukup dewasa, kita akan mengenang momen ini sebagai sebuah hal yang sangat indah.

Ria, yang paling penting dari ini semua. Kamu jangan lupa berbahagia untuk dirimu sendiri. Kalau kamu sendiri tidak bahagia, bagaimana kamu bisa membahagiakan orang lain ? Seorang anak harus dibesarkan oleh seorang ibu yang berbahagia. Seorang ibu yang selesai dengan dirinya sendiri. Maka dari itu, mulai saat ini, selesaikan urusan di dalam dirimu. Pertengkaran antara Ria A dan Ria B seharusnya tidak perlu terjadi jika kamu sudah tahu apa tujuan hidupmu. Apa yang kamu inginkan. Dan apa yang membuatmu berbahagia. Dengan cara berdamai dengan dirimu sendiri, kamu akan lebih legowo menjalani hidupmu sebagai seorang ibu dan juga istri dari seseorang.

Jangan lupakan mimpi-mimpimu, ya. Kamu ingin lanjut kuliah S3. Kamu ingin jalan-jalan. Kamu ingin membaca buku-buku fiksi. Kamu ingin menulis cerpen dan novel. Lakukan itu semua. Ingat, menjadi istri dan ibu tidak berarti menghalangimu untuk mencapai mimpi-mimpimu. Kamu bisa melakukan itu dengan cara memberi pengertian kepada suami dan anakmu. Ceritakan mimpi-mimpimu. Tanyalah juga mimpi-mimpi mereka. Lalu raih mimpi-mimpi itu semua bersama-sama. Ajak serta orang yang kamu cintai dalam prosesmu meraih mimpi-mimpimu. Aku yakin mereka juga akan dengan senang hati ikut serta membantu meraih mimpi-mimpimu. Jadi, jangan pernah khawatir lagi ya.

Ria, surat ini kutulis untuk selalu mengingatkanmu. Bahwa kamu tidak sendiri. Aku adalah bagian dari dirimu yang selalu ada untuk kamu. Jadi, jangan pernah berpikir buruk lagi. Pikirkanlah tentang hal-hal menyenangkan dalam hidupmu sebelumnya. Pikirkan tentang betapa Tuhan begitu mencintaimu sehingga dia memberikan semua anugerah ini padamu. Pikirkan tentang semua orang di sekelilingmu yang mencintaimu, tanpa jeda dan tanpa cela.

Sudah dulu, ya. Aku harus pergi. Masih banyak hal yang harus aku kerjakan.

Hiduplah dengan bahagia.

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *