Perjalanan kali ini bertujuan untuk menyusuri pantai-pantai selatan jawa timur yang berada di daerah pacitan. Pacitan adalah salah satu kabupaten yang berderet di sebelah selatan pulau jawa sehingga sebagian wilayahnya berhubungan langsung dengan pantai-pantai di laut selatan yang lebih dikenal dengan Samudera Hindia.
Perjalananku ke pacitan diawali dengan tawaran di facebook dari seorang teman yang mengadakan trip share cost dengan menyewa Minibus/Elf. Kami berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Dari 6 perempuan, 4 diantaranya adalah pasangan dari 4 laki-laki di trip ini sedangkan 2 sisanya, termasuk aku, masih berstatus jomblo lokal. Hiks.
Oke. Abaikan tentang informasi jomblo dan nonjomblo diatas. Perjalanan kami dimulai pada hari jumat malam pada tanggal 6 Februari 2015. Kami berjanji untuk berkumpul jam 9 malam di titik point yang telah ditentukan, yaitu stasiun kota Malang. Satu persatu dari kami berdatangan hingga mobil pun telah tiba pada jam 10 malam. Kami segera meluncur ke pacitan dengan jalur : Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Pacitan.
Kami tiba di tujuan pertama, Pantai Srau. Ada beberapa kelompok muda mudi yang telah camping di pantai ini pada malam sebelumnya dan tampak mereka akan segera keluar dari pantai Srau.
Sayang sekali, kami tiba di Pantai Srau saat matahari sudah terang dan tidak menemui sunrise disini. Usai menapaki karang-karang di pantai Srau, kami memutuskan untuk sarapan di salah satu warung yang berjejeran di pinggir pantai. Rata-rata harga makanan disini berkisar 5-10 ribu rupiah. Kami juga berhasil merayu ibu pemilik warung untuk memberikan harga es degan 5 ribu rupiah, turun seribu dari harga aslinya.
Usai sarapan, kami menuju destinasi kedua : Goa Gong. Waktu tempuh dari Pantai Srau ke Goa Gong memakan waktu sekitar 1,5 jam. Minibus yang kami tumpangi harus parkir di tempat parkir dan kami harus berjalan kaki naik ke pintu masuk Goa Gong.
Suasana Goa Goang siang ini lumayan ramai. Dari pintu masuk ke mulut Goa, kita akan melewati tangga-tangga yang di kanan kirinya ada orang-orang yang berjualan cincin akik dan juga macam-macam oleh-oleh berupa kaos, gorengan, dan jajanan. Ada juga orang-orang yang menyediakan jasa senter dan Guide. Goa gong sendiri menurutku lebih besar dan indah dari Goa Maharani. Tapi karena pengetahuanku tentang goa dan batu-batuan memang tidak banyak. Jadi aku kurang tertarik juga dengan wisata Goa. Kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam di tempat wisata Goa Gong ini sebelum akhirnya kami meneruskan perjalanan menuju Pantai Klayar.
Sejak awal kami memang merencanakan untuk menyewa homestay di Pantai Klayar. Sebenarnya kami lebih memilih memasang tenda agar bisa menikmati sunset dan sunrise di pantai Klayar dengan lebih dekat. Namun apa daya, tenda-tenda yang sedianya mau kami bawa telah dipakai oleh backpacker lain untuk trip juga. Homestay yang kami sewa menyediakan kamar kecil dengan fasilitas TV, Kipas angin, dan kamar mandi dalam yang bisa diisi 5 orang per kamar. Harga perkamar adalah 150 ribu upiah. Kami menyewa 3 kamar di homestay itu dengan formasi per kamar : 4 cowok, 6 cewek, dan 5 cowok.
Setelah istirahat sebentar, kami segera mengejar sunset di pantai Klayar. Ternyata suasana pantai sedang ramai-ramainya. Bagiku, pantai Klayar adalah salah satu pantai terindah yang pernah dikunjungi. Hanya saja, dengan rasa sedikit egois, aku menginginkan untuk menikmati pantai ini sendirian. Tidak dengan penuh orang seperti ini. Akhirnya, aku melewati senja dan melihat matahari terbenam bersama suara berisik-berisik manusia-manusia disebelahku.
Senja terlewati, kami kembali ke penginapan. Menikmati makan malam dengan sayur pepaya muda dan ayam goreng. Aku sengaja meminta menu tempe goreng dan tambahan sambel bawang karena tidak begitu suka ayam goreng. hhhmmmm….makan malam yang nikmat. Usai makan malam, kami sempatkan membuat kopi dan makan camilan sembari ngobrol-ngobrol ringan. Mata mengantuk, satu persatu dari kami kembali ke kamar masing-masing dan tidur karena kelelahan.
Fajar menyingsing. Kami tertinggal sunrise di pantai klayar karena tidur terlalu nyenyak. Usai bersiap-siap, kami segera check out dari penginapan untuk menuju destinasi terakhir kami, yaitu pantai banyu tibo. Dalam perjalanan ke pantai banyu tibo, kami berhenti secara acak (hanya memakai insting saja) ke salah satu warung makan untuk sarapan. Sarapan kali ini adalah pecel lele dan telor. Menunggu memasak Lele yang masih hidup di kolam memang agak lama sehingga kami baru selesai sarapan pada jam 9 pagi dan bergegas menuju pantai banyu tibo yang ternyata tidak jauh dari lokasi tempat kami sarapan.
Di pantai banyu tibo, aku sangat antusias untuk berbasah-basahan dengan air laut. Air tawar yang mengucur tidak deras dari sungai kecil seakan melambai untuk segera dijelajahi. Segera kami turun menuju pantai kecil yang merupakan pertemuan antara air tawar yang turun dari atas karang dengan air laut yang bergelombang membasahi pasir. Sayang sekali kami datan sudah agak siang sehingga ombaknya semakin besar dan kami sedikit demi sedikit mundur menjauhi pantai. Puas sekali rasanya berada di pinggir pantai sambil bermain air.
Kami keluar dari wilayah pantai banyu tibo sekitar pukul 11 pagi dan perjalanan langsung dilanjutkan ke pacitan melalui jalur pantai selatan. Sampai di wilayah kota pacitan, kami sempatkan untuk berhenti di tempat penjual oleh-oleh yang terletak tidak jauh dari pendopo SBY, presiden RI ke-6. Perjalanan kami lanjutkan kembali. Kami melewati kontur jalan yang berkelok-kelok yang masih sepi dan jarang dilewati kendaraan. Kami menyaksikan karang-karang berjajar di kanan kami dan juga laut indah dengan garis pantai panjang. Indah sekali. Aku benar-benar takjub dengan keindahan pacitan yang terkenal sebagai salah satu kabupaten ‘minus’ di jawa timur.
Melewati pacitan, kami juga melewati trenggalek, tulungagung, dan blitar untuk sampai di kota Malang. Beruntung kami sampai di Kota Malang kurang dari jam 9, karena jika lebih maka kami harus membayar denda sebesar 50% dari biaya sewa sehari.
Sesampainya di depan Stasiun Kota Malang, kami berpisah dengan perasaan lega karena kami melewati perjalanan kali ini dengan lancar dan berharap dapat melakukan perjalanan bersama-sama tim pacitan ini. Sungguh, perjalanan akhir pekan yang menyenangkan bersama orang-orang yang menyenangkan. Thanks for everything, guys 😀
Trip Pacitan 7-8 Februari 2015
Destinasi :
- Pantai Srau
- Goa Gong
- Pantai Klayar
- Pantai Banyu Tibo
Rute : Malang-Blitar-Trenggalek-Pacitan
Itinerary :
09.00-10.00 : Kumpul di di depan Stasiun Malang Kota Baru
10.00-06.00 : Perjalanan menuju Pacitan
06.00-11.00 : Sarapan, foto-foto, mandi di Pantai Srau
11.00-12.30 : Perjalanan menuju Goa Gong
12.30-14.00 : Menyusuri Goa Gong, foto-foto, Nyemil
14.00-15.00 : Perjalanan menuju Pantai Klayar
15.00-16.00 : Sampai di homestay, istirahat
16.00-18.00 : Menikmati sunset di pantai Klayar
18.00-19.00 : Makan malam
19.00-21.00 : Ngopi, ngobrol-ngobrol santai
21.00-05.00 : istirahat
05.00-07.00 : Persiapan check out dari homestay
07.00-07.30 : Sarapan
07.30-08.00 : Perjalanan menuju Pantai Banyu Tibo
08.00-10.00 : Main air di pantai Banyu Tibo
10.00-11.00 : Bersih-bersih diri
11.00-20.30 : Perjalanan menuju Malang
20.30-21.00 :Tiba di Kota Malang. Say good bye
Rincian anggaran :
- Sewa Elf dan Sopir : Rp. 1.500.000,-
- BBM : Rp. 650.000,-
- Sewa Homestay : Rp. 450.000,-
- Rokok Sopir : Rp. 60.000,-
- Makan 3 x : Rp. 540.000,-
- Tiket dan parkir : Rp. 145.000,-
- Pengeluaran lain : Rp. 30.000,-
- Total Pengeluaran : Rp.3.345.000,-
- dibagi jumlah peserta 15 orang maka hasilnya Rp.225.000,- per orang
Keterangan :
- sewa elf dan sopir perhari Rp.750.000 x 2 hari
- sewa homestay Rp.150.000 x 1 hari x 3 kamar (2 untuk cowok, 1 untuk cewek)
- Harga makanan berkisar 8 ribu -15 ribu rupiah
- Tiket masuk dan parkir bervariasi jumlahnya kadang tidak sesuai tarif resmi dan jumlah orang
Foto-foto diambil campuran dari kamera Arie D’rainbow, Mochammad Hidayatullah, Mun Cheche, Muchamad Kholid Mawardi.