Kalau ada survei tentang siapa yang pernah mengalami patah hati dengan jumlah paling banyak, maka selain Raditya Dika dalam “Malam Minggu Miko”, jawabannya adalah saya. Saking seringnya patah hati, sampai-sampai saya jadi kapok patah hati. Saya patah hati pertama kali ketika saya berada di sekolah dasar dan nampaknya terus berlanjut sampai saya menjadi mahasiswa. Patah hati menjadi semacam kutukan bagi saya karena saya selalu menyukai seseorang yang tidak pernah sedikitpun menyukai saya. Alasannya sih hampir sama : mereka tidak tertarik, yang akhirnya bisa saya simpulkan bahwa saya memang tidak menarik.
Karena itu, ketika terakhir kali saya patah hati, saya akhirnya mulai menganalisis diri saya sendiri. Saya melakukan analisis SWOT pada masalah saya seperti materi analisis SWOT dalam Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi. Saya mulai menganalisis apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan saya. Setelah saya data, sepertinya saya memang memiliki lebih banyak kelemahan. Jadi, wajar sih kalau saya masih memegang rekor untuk kategori terbanyak dalam patah hati. Hehehe.
Berikut ini hasil analisis SWOT yang telah saya lakukan. Silahkan disimak dan dibaca dengan penuh perasaan.
Gara-gara mengingat-ingat kebaikan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada diri saya, akhirnya saya mengingat lagi masa-masa dimana saya selalu patah hati, kemudian menangis, kemudian kapok, kemudian jatuh hati lagi dan berulang-ulang patah hati kembali. Hufff…Kalau dihitung berapa kali sepertinya saya sudah tidak ingat lagi. Tapi disisi lain, saya selalu bersyukur dengan wajah saya yang pas-pasan, postur tubuh tidak seksi dan kekurangan dalam hal fisik lainnya. Saya selalu bersyukur selalu memiliki teman-teman yang cantik dimana saya bisa nebeng beken dengan berjalan disampingnya, walau sebenarnya cuma jadi background. Hahaha. Saya selalu bersyukur karena memiliki fisik yang tidak mencolok sehingga jika ingin bepergian sendirian kemana-mana seolah-olah saya tidak terlihat sehingga tidak ada yang berniat menggangu. Mungkin orang yang ingin mengganggu justru akan kasihan melihat badan saya yang kerempeng dan kurang gizi. Jangan-jangan, baru dilirik saja sudah otomatis pingsan. Bahasa kerennya, saya bangga jadi invisible woman. Tidak terlihat. Bisa menghilang dimanapun saya inginkan. Cling…Cling…
Pada suatu ketika, akhirnya saya mengalami patah hati tingkat tinggi. Ini adalah sejenis penyakit patah hati akut dan kronis. Saya katakan akut, karena patah hati kali ini terjadi tiba-tiba dan dalam waktu singkat, setelah orang yang saya sukai resmi berpacaran dengan perempuan lain yang mengatakan cinta padanya. Saya sebut kronis, karena ternyata untuk bisa sembuh dari patah hati saya kali ini, benar-benar membutuhkan kekuatan besar dalam waktu yang sangat lama. Kurang lebih sekitar 2-3 tahun. Benar-benar memegang rekor terlama masa penyembuhan patah hati saya selama ini. Saya banyak melakukan tindakan-tindakan konyol. Saya memenuhi tembok di kamar saya dengan tulisan-tulisan penyemangat. Saya berjalan kaki sendiri tanpa arah sampai kaki saya cenat-cenut. Saya memutar satu lagu yang sama selama 6 bulan berturut-turut setelah bangun tidur tanpa pernah menggantinya seakan-akan lagu itu adalah lanjutan ritual pagi setelah sholat shubuh. Saya membuat presentasi dalam bentuk makalah dan power point tentang analisis terhadap apa yang terjadi pada diri saya sendiri. Dan banyak hal lainnya yang bisa membuat saya tertawa sendiri jika saya mengingatnya.
Setelah saya review lagi, sebenarnya penyebab saya mengalami patah hati tingkat tinggi hingga menjadi akut dan kronis bukan karena saya cinta mati pada laki-laki tersebut. Penyebab sebenarnya adalah karena kekecewaan yang memuncak akibat tidak pernah disukai oleh laki-laki. Ada sejenis titik jenuh terhadap diri saya sendiri. Muncul banyak pertanyaan konyol yang membuat saya sangat membenci diri saya sendiri. Saya iri pada setiap perempuan yang disukai oleh lelaki yang saya sukai. Saya juga menyalahkan Tuhan. Kenapa saya tidak memiliki apa yang dimiliki perempuan tersebut hingga laki-laki itu tidak menyukai saya. Kenapa juga saya harus jatuh hati pada orang yang jelas-jelas tidak pernah menyukai saya. Kenapa Tuhan dengan teganya membuat saya patah hati berkali-kali seperti ini. Maaf ya Tuhan, saat itu saya sedang galau, alay, labil, dan ababil. Tapi saat ini saya sudah agak insyaf kok. Kita damai ya, Tuhan ? Salam damai dari bumi Arema untuk-Mu
Nah, saat saya sedang galau-galaunya itu, akhirnya ada juga orang-orang yang saya sebut teman disamping saya. Mereka tidak henti-hentinya menghibur, membantu mengurai benang kusut dan membantu menyembuhkan sakit patah hati saya kali ini. Setelah akhirnya saya cukup bisa berdiri kembali untuk bersiap pada kejatuhan yang kesekian kali, saya membuat satu keputusan untuk hidup saya selanjutnya. Saya memutuskan untuk tidak menggantungkan kebahagiaan saya kepada satu orang. Saya memutuskan, dengan gagah berani dan jiwa ksatria, untuk tidak memberikan seluruh cinta saya pada satu orang. Setelah bersemedi di atas genteng kos, saya memutuskan untuk membuat standar kebahagiaan ala seorang Ria. Saya akan cukup berbahagia menjadi Ria dengan tas ransel kumal dan jilbab hitam. Saya akan cukup berbahagia dengan membagi cinta saya tidak hanya pada orang-orang yang saya sayangi. Saya akan menyediakan cinta saya dalam porsi tertentu untuk hal-hal kecil yang saya miliki : mata sipit, kulit kusam, rambut bergelombang, hidung pesek dan badan kerempeng. Saya juga akan menyediakan satu porsi khusus cinta untuk mimpi-mimpi dan tujuan hidup saja. Jadi, ketika suatu saat saya ditinggalkan oleh orang lain, saya tetap bisa bertahan hidup dengan mencintai diri dan mimpi-mimpi saya.
Bagaimana dengan anda, teman ?