Pada masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk #dirumahaja, saya jadi sering mengikuti seminar online dan live instagram yang menyajikan materi-materi yang menarik. Kali ini, saya berkesempatan untuk mengikuti Webinar tentang “Menjadi Pribadi Bersyukur dengan Menulis Naratif” dengan pemateri Dr. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si (Konselor Narrative Writing Therapy).
Intan Savitri sebelumnya dikenal sebagai penulis fiksi dan pegiat literasi. Perempuan berkacamata kelahiran Jakarta, 12 April 1972 ini tercatat pernah aktif sebagai Ketua Umum Forum Lingkar Pena, (FLP) Pusat, periode 2009-2013. Selain itu, Intan Savitri pernah menjadi Trainer di BP School of Wrting Balai Pustaka sampai menjadi General Manajer Balai Pustaka (2007-2015). Kini, selain menjadi Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Kranggan (2014-sekarang), juga sebagai Direktur PT. Hibermas Consulting.
Intan Savitri, berhasil meraih gelar Doktor Psikologi dari Universitas Indonesia (UI) lewat disertasi berjudul “Pengaruh Jarak Psikologis Dalam Menulis Naratif Terhadap Refleksi Diri Adaptif”. Refleksi diri merupakan kemampuan yang dapat dikembangkan untuk membaca diri masa lalu dan masa depan. Refleksi diri adaptif merupakan menulis menggunakan konsep menjaraki-diri. Dengan mengaktivasi perspektif pengamat atau menggunakan kata ganti persona nama diri (non pertama) dengan cara menulis memberikan efek menjaraki-diri yang adaptif. Contoh: saya melihat diri saya yang tumbuh menjadi pemberani setelah peristiwa itu terjadi.
Dari sisi kognitif, menulis dianggap membantu seseorang untuk menstrukturkan pikiran, mengatur diri dan emosinya dengan cara mengenali kembali emosi yang muncul, merefleksikan kembali persoalan dengan menemukan sebab-akibat dari pengalaman yang dihadapi (insight), serta mendorong untuk menemukan makna di balik peristiwa yang dialaminya. Menulis naratif sendiri merupakan pertolongan pertama secara psikologis yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat mengalami problematika yang membutuhkan pengelolaan emosi. Terapi menulis naratif bisa dilakukan saat individu sangat emosional dan tidak dapat mengatasi serta mengelola emosi tersebut dengan baik.
Berikut saya merangkum apa yang saya lakukan selama mengikuti rangkaian acara tersebut.
- Senin 18 Mei 2020: Mengisi PreTest dengan ketentuan batas akhir mengerjakan PreTest adalah Selasa, 19 Mei 2020 pukul 13.00 WIB.
- Selasa, 19 Mei 2020: Mengikuti Webinar “Menjadi Pribadi Bersyukur dengan Menulis Naratif” pada pukul 14.00 s/d 16.00 WIB melalui Google Meet
- Rabu, 20 Mei 2020: Mulai menulis hari pertama, dengan ketentuan kegiatan menulis dilakukan kurang lebih selama 15 menit.
- Kamis, 21 Mei 2020: Mulai menulis hari kedua, dengan ketentuan kegiatan menulis dilakukan kurang lebih selama 15 menit.
- Jum’at, 22 Mei 2020: Mulai menulis hari ketiga, dengan ketentuan kegiatan menulis dilakukan kurang lebih selama 15 menit.
- Sabtu, 23 Mei 2020: Mengisi PostTest, link akan diberikan sekitar pukul 10.00 WIB sebagai akhir dari rangkaian acara.
INSTRUKSI MENULIS HARI PERTAMA (RABU, 20 MEI 2020)
Ini adalah hari pertama Anda menulis dari tiga hari berikutnya. Hari ini, tulislah pikiran dan perasaan terdalam Anda tentang sebuah peristiwa yang menurut Anda emosional dan memiliki pengaruh penting bagi Anda. Pada saat Anda menulis, benar-benar lepaskanlah perasaan dan pikiran Anda, dan bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi kehidupan Anda. Tulislah dengan mengalir dan tidak perlu mempertimbangkan tata-bahasa dan struktur kalimat. Saat menulis, Anda bisa memikirkan dan mencurahkan bagaimana peristiwa tersebut mempengaruhi Anda saat itu, saat sekarang dan masa depan. Tulisalah juga bagaimana peristiwa itu mempengaruhi orang-orang di sekitar Anda, pekerjaan Anda dan hidup Anda. Ingatlah curahkan semuanya, tulisan ini tentang Anda dan untuk Anda. Tulislah minimal 15 menit.
HASIL MENULIS HARI PERTAMA : KELANA, SEBUAH CERITA (BAGIAN TIGA)
INSTRUKSI MENULIS HARI KEDUA (KAMIS, 21 MEI 2020)
Ini adalah hari kedua Anda menulis dari tiga hari berikutnya. Hari ini, Anda boleh memilih cerita tentang peristiwa emosional yang sama atau pun yang berbeda, terserah pada Anda. Sama dengan hari pertama, eksplorasilah perasaan dan pikiran Anda yang terdalam mengenai peristiwa emosional tersebut. Namun Anda bisa mulai mencoba untuk memikirkan apa makna dari peristiwa tersebut, mengapa peristiwa tersebut terjadi pada Anda dan bagaimana Anda bisa melihat peristiwa itu dari perspektif yang lain. Misalnya, peristiwa itu memberi pelajaran tertentu bagi Anda? Adakah bagian dari diri Anda yang mendapatkan makna positif dari peristiwa tersebut? Eksplorasilah kemungkinan-kemungkinan itu dengan mendalam dan tulislah dengan lengkap dan detail. Tulislah minimal 15 menit.
HASIL MENULIS HARI KEDUA : KELANA, SEBUAH CERITA (BAGIAN EMPAT)
INSTRUKSI MENULIS HARI KETIGA (JUMAT, 22 MEI 2020)
Ini adalah hari terakhir Anda menulis. Hari ini, Anda boleh menulis surat pada diri Anda sendiri, Anda boleh memanggil Anda dengan nama Anda, atau menggunakan kata ganti personal Kau atau Kamu. Katakan pada diri Anda pada surat itu bahwa Anda memahami peristiwa itu telah mempengaruhi hidup Anda tuliskan apa pengaruhnya, dan bagaimana ia harus menghadapinya dengan lebih baik. Beritahukan pada orang yang Anda kirimi surat tersebut, makna atau hikmah atau pelajaran apa yang bisa dipetik atas peristiwa tersebut. Mungkin Anda juga bisa memberikan saran padanya untuk melakukan hal-hal yang baik. Bersikaplah baik dan katakan hal-hal yang menyenangkan untuknya, berilah ia semangat, tunjukkan kasih sayang dan penguatan padanya dengan sepenuh hati dan perasaan Anda. Tulislah minimal 15 menit.
HASIL MENULIS HARI KETIGA : KELANA, SEBUAH CERITA (BAGIAN LIMA)
KESIMPULAN
Bapak-Ibu dan Teman sekalian, terlampir hasil olah data aktivitas menulis kita selama 3 hari berturut-turut yang sudah kita lakukan seminggu lalu. Dari data tersebut terlihat bahwa, dari peserta yang tekun menulis 3 hari berturut-turut, menunjukkan skor depresi yang menurun secara signifikan, dari rerata 9,7 menjadi 5.5, dimana range o hingga 13 adalah standar untuk tingkat depresi yang dianggap normal. Namun yang menarik adalah ternyata menulis peristiwa negatif juga memiliki potensi menurunkan skor syukur secara signifikan, dari data terlihat bahwa skor gratitude atau kesyukuran menurun signifikan dari 40,02 menjadi 35,93, dimana standar maksimal kesyukuran adalah 42, dan minimal adalah 6, pengukuran kesyukuran ini dilakukan segera. Menurut saya, masih wajar, sebab menulis hal-hal negatif seringkali mengurangi rasa kepuasan dan kebahagiaan kita akan hidup secara keseluruhan.. Luar biasa ya, Bapak Ibu. Boleh jadi, aktivitas menulis ini bisa kita rekomendasikan pada diri kita sendiri, untuk salah satu kebiasaan baik kita. Agar kita bisa lebih dapat mengelola rasa syukur kita, dan menurunkan tingkat depresi kita. Sehingga menolong kita untuk selalu sehat mental menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Sekali lagi SELAMAT MENULIS, semoga bermanfaat.