Puisi-Puisi Yang Berjatuhan di Film Hujan Bulan Juni

hujan-bulan-juni

Sebagai penggemar berat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, tentu saya antusias ketika salah satu karya dari Sapardi Djoko Darmono diadaptasi menjadi sebuah film. Apalagi, saya termasuk penggemar film ekranisasi, yaitu film yang berasal dari buku. Nah, Film Hujan Bulan Juni adalah film yang diadaptasi dari Novel Hujan Bulan Juni. Saya penasaran dengan Film ini jadi saya sempatkan untuk menonton

Film ini bercerita tentang Sarwono dan Pingkan. Sepasang manusia yang telah nyaman menetap selama bertahun-tahun di dalam ruangan kedap suara bernama kasih sayang. Sarwono adalah pria jawa yang berasal dari Solo, sedangkan Pingkan adalah perempuan keturunan Manado-Jawa. Pinkan adalah seorang dosen Sastra Jepang Universitas Indonesia sedangkan Sarwono merupakan dosen Antropologi Universitas Indonesia. Suatu ketika, Pingkan mendapatkan beasiswa untuk belajar ke Jepang selama dua tahun. Sebelum berangkat ke Jepang, Sarwono mendapatkan tugas untuk menjalin kerjasama dengan Universitas Sam Ratulangi Manado dan Sarwono mengajak Pingkan menemaninya dan menjadi guide selama di Manado.

Bagian paling menyenangkan bagi saya dari film Hujan Bulan Juni adalah adegan-adegan di Manado. Banyak pemandangan indah yang disajikan di film ini yang membuat saya jadi ingin pergi ke Manado. Apalagi, akting Velove Vexia yang berperan sebagai Pingkan di film ini terasa pas dan natural. Berbeda dengan Adipati Dolken yang terasa aneh dan kurang pas dengan logat medok jawanya. Selain itu, perbedaan agama antara Sarwono dan Pingkan serta cara mereka yang begitu ‘dewasa’ dalam menyikapi perbedaan di antara mereka lah membuat saya menyukai film ini. Percakapan-percakapan mereka tentang menyikapi perbedaan terlihat begitu natural.

Baca Juga : Tentang Kesetiaan Dalam Film Ziarah

Saat adegan-adegan di Manado dan di sepanjang film ini juga banyak disisipkan puisi-puisi Sapardi yang selama ini terkenal karena telah dijadikan musikalisasi puisi oleh Arireda. Meskipun pada beberapa bagian terasa puisinya tidak ditempatkan secara pas. Selain itu, film ini berjalan dengan relatif datar dan tanpa konflik yang berarti. Rangkaian adegan hadir dengan lambat dan terasa membosankan jika kita tidak sabar untuk menonton film ini sampai akhir.

Sepulang dari Manado, Pingkan pergi ke Jepang dan mengisi hari-harinya di sana dengan Katsuo, seorang mahasiswa jepang yang pernah belajar di Universitas Indonesia, sambil tetap menjaga kepercayaan dan perasaannya terhadap Sarwono. Apakah Pingkan akan menjadi Sakura yang setia kepada Samurai ataukah Konin yang menghianati Samurai ?

Baca Juga : Filosofi Kopi 2, Tentang Cinta Dan Obsesi Terhadap Kopi

Hujan Bulan Juni

  • Produksi : PT Kharisma Starvision Plus
  • Genre : Drama Romantis
  • Produser : Avesia Soebli
  • Sutradara : Reni Nurcahyo Hestu Saputra
  • Penulis Skenario : Titien Watimena
  • Pemeran : Adipati Dolken (Sarwono); Velove Vexia (Pingkan); Koutaro Kakimoto (Katsuo); Baim Wong (Benny); Sapardi Djoko Darmono (Ayah Sarwono); Jajang C. Noer (Ibu Sarwono); Sundari Soekontjo (ibu Pingkan); Surya Saputra (Tubelaka).
  • Tanggal liris : 02 November 2017
  • Durasi : 96 menit

Sumber foto utama : Instagram @hujanbulanjuni_

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *