Sebuah Surat Tentang Patah Hati Sekali Lagi

phutut-ea
Setelah MOJOK bubar, akhirnya aku baru berani menulis untukmu. Bubarnya mojok telah membuatku patah hati sekali lagi. Dan ini adalah episode patah hati ke sekian yang berulang kembali. Untuk itulah, tulisan ini kubuat untukmu.

Pertama kali aku jatuh cinta kepadamu ketika aku masih menjadi murid SMA pada tahun 2003. Saat itu, aku menemukan buku yang kamu tulis di antara tumpukan buku-buku obral berdebu yang tidak disentuh orang. Sebuah Kitab Yang Tidak Suci dengan warna sampul hitam serta gambar perempuan di depannya. Sekalipun kau namakan kitab yang tidak suci, bagiku itu adalah kitab suci. Kitab suci dengan kau sebagai nabinya. Karena kitab suci itulah, aku bertekad untuk mulai belajar menulis.

Sejak saat itu pula aku berburu kitab-kitabmu yang lain. Karena lewat kitab-kitab itu, kau bercakap-cakap. Kubayangkan kau bercakap-cakap tanpa henti, memenuhi isi kepalaku dengan kalimat-kalimat liris yang selalu menghipnotis.

Kubayangkan kau menemaniku ketika aku berjuang menghentikan Dua Tangisan Pada Satu Malam setelah aku ditinggalkan orang yang aku cintai. Lalu kau menemaniku melewati pagi sendu tanpanya. Aku menyediakan Sarapan Pagi Penuh Dusta di meja makan kita. Sebuah meja bundar kecil dimana sebagian besar sisi-sisinya berisi tumpukan buku-buku. Aku meletakkan sarapan pagi itu, berharap kau tidak pernah sadar jika sarapan itu penuh dengan dusta yang tidak terungkap.

Saat aku kuliah di Malang, saat itulah aku menyebarkan kitab sucimu pada teman-temanku. Aku bercerita bahwa gaya menulisku sangat dipengaruhi oleh gaya menulismu yang liris dan minim dialog. Aku bercerita hingga mereka bosan dan hafal di luar kepala siapa dirimu. Bahkan mereka bergantian membaca kitab-kitab sucimu. Ada juga yang mulai berburu kitab-kitab yang kau tulis di bazar-bazar buku.

Kegilaanku padamu bagaikan sebuah Isyarat Cinta Yang Keras Kepala. Ketika kau berkunjung ke Malang, dua sahabatku mengatur waktu agar kami bisa berjumpa denganmu secara leluasa. Dengan bantuan mas Ragil Sukriwul, kita akhirnya bisa bertemu di Tobuki, Toko Buku Kita milik Almarhum Ratna Indraswari Ibrahim. Saat itu, aku justru tidak banyak bicara. Kedua sahabatku bertanya banyak hal kepadamu dan aku hanya bisa diam tanpa suara. Aku merasa bagaikan Kupu-kupu Bersayap Gelap  yang bahkan tidak pantas berada di dekatmu. Saat kami bertanya bagaimana cara untuk menjadi penulis, kau berkata : menulislah minimal 1.000 kata sehari, maka kau akan jadi penulis. Menulislah tanpa henti.

Aku terus menulis karenamu. Karena kitab-kitab sucimu. Waktu berlalu dan facebook membuatku bisa selalu memandang wajahmu. Kau menghilang lalu kau muncul dengan foto pernikahanmu. Itulah saat aku patah hati pertama kali karenamu. Tapi siapa yang tidak terpukau dengan wajah ayu dan aura tulus pada wajah Diajeng, istrimu itu. Aku terpukau setiap kali melihat wajahnya. Ada Jejak Air disana. Sungguh pasangan yang tepat untukmu.

Lalu kali lahir, Diajeng menjadi seorang Bunda. Kebahagiaanmu lengkap sudah. Kau memposting segala macam tentang Kali untuk meluapkan kebahagiaan terbesarmu. Kau bahkan membuat Warung Mas Kali. Ingin sekali aku berlari untuk mengunjungi warung itu. Tapi warung itu tutup sebelum aku sempat ke Jogja.

Baru setelah warung Mas Kali berganti menjadi Angkringan Mojok, akhirnya aku bisa mengunjungimu. Bersama calon suamiku, aku pergi ke Angringan Mojok dan berharap untuk tanpa sengaja bertemu denganmu. Agar suamiku juga tahu, inilah laki-laki yang membuatku ingin menulis. Inilah laki-laki yang tulisannya mengisi imajinasiku selama ini. Meski aku tahu ini tak lebih dari sebuah drama yang kuciptakan sendiri. Sebuah Drama Yang Berkisah Terlalu Jauh.

Seperti yang kau katakan, Cinta tidak pernah Tepat Waktu. kedatanganku ke Angkringan Mojok memang tidak tepat waktu. Aku tidak bisa bertemu denganmu.  Aku justru bertemu dengan Diajeng, sosok cantik rupawan yang membuatku gugup setengah mati. Diajeng benar-benar ramah. Saat itu kuceritakan sekilas tentang diriku yang menyukai tulisan-tulisanmu semenjak SMA. Diajeng berkata memang biasanya kau di Angkringan saat sore. Tapi kali ini kau tertidur karena semalaman kau begadang.

Saat itulah aku merasa patah hati kedua kali. Tapi tak apa. Bertemu Diajeng adalah anugerah bagiku. Dan aku akhirnya bisa memberikan buku kumpulan cerpenku “Aku Mengenalnya Dalam Diam” pada Diajeng, sambil berpesan agar buku itu bisa sampai ke tanganmu. Anggaplah sebagai sebuah usaha keras Mengantar Dari Luar Yogyakarta agar buku itu bisa sampai padamu dengan selamat. Buku itu adalah salah satu cara untuk mengatakan bahwa aku telah berusaha. Sebuah Usaha Menulis Surat Cinta untukmu.

Saat itu MOJOK menjadi salah satu situs yang terkenal karena tulisan-tulisannya hingga banyak dari anak muda sepertiku terobsesi untuk menulis disana. Sebagaimana aku menganggap karya-karyamu adalah kitab suci, seperti itu pula aku menganggap MOJOK sebagai sebuah anak ideologismu. Kau seakan mewujud dalam rupa yang lain. Kitab-kitab sucimu terkesan gelap dan menyedihkan, tapi MOJOK menjelma anak-anak lucu dan menggemaskan. Aku selalu menanti tulisan-tulisan baru yang muncul disana. Jika selama ini aku hanya bercakap-cakap dengan kesunyian yang ada di kitab sucimu, maka aku bisa tertawa lepas jika bercakap-cakap dengan MOJOK.

Maka ketika mojok bubar, aku tidak hanya bersedih. Aku patah hati lagi ke sekian kali. Saat orang-orang sibuk dengan dunianya sendiri. Saat Orang-Orang Yang Bergegas pergi ke tempat yang dia inginkan. Saat Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta. Saat Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali tanpa seorangpun tidak lagi peduli. Saat semua orang ingin Menanam Padi di Langit. Saat semua orang mendadak ingin menjadi Makelar Politik.

Dimana lagi aku akan bisa tertawa lepas membaca anak-anakmu yang lucu dan menggemaskan itu ? Dimana lagi aku bisa menuntaskan kerinduan tulisanmu yang tidak sunyi dan menyedihkan ? Semoga kau membaca ini dan menciptakan tempat untukku agar terus bisa bercakap-cakap dengan dirimu yang lain, yang gembira dan selalu tertawa.

Selamat Ulang Tahun, Puthut EA. Aku akan selalu merindukan paragraf-paragraf sunyi dan penuh rahasiamu.

Malang, 28 Maret 2017

Catatan :

  • Tentang dia : https://www.puthutea.com/tentang.html
  • Kalimat bercetak tebal (bold) adalah judul bukunya yang sudah aku baca

You may also like

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *