Ranu Kumbolo. Saya jatuh cinta pada danau ini sejak pertama melihatnya pada tahun 2009. Saking kangennya, tahun 2013 saya ikut salah satu trip dengan tujuan hanya untuk ke danau ini. Tahun ini, dalam pendakian yang tak ada dalam rencana tahunan saya, saya bisa mengobati kangen itu. Bangun tidur dan melihat ranu kumbolo di depan mata. Sungguh, rasanya tidak ingin pulang.
Sewaktu pertama kali bikin tenda di depan danau indah ini, saya sempat menyeletuk. Saya katakan saya mau tinggal seminggu di pinggir danau ini asalkan ada toilet. Ndilalah, 6 tahun setelah itu, ada ‘sejenis toilet’ yang dibangun berjejer-jejer dengan dinding seng berwarna hijau. Saya katakan sejenis toilet karena tempat itu adalah sebuah lubang persegi terbuat dari kayu tempat kotoran kita langsung terjun bebas ke bawah. Jangan ditanya baunya. Saya menyiapkan mental selama lebih dari 10 menit dilengkapi dengan doa-doa yang saya hafal, baru kemudian saya masuk toilet. Tapi itu sih seninya. Dan saya merasa toilet ini adalah solusi jitu daripada saya harus berjongkok dan ditusuk rerumputan atau semak-semak tajam. Termasuk juga ketakutan diintip oleh orang-orang iseng karena berada di udara terbuka. Semua penderitaan berada dalam toilet dan perjalanan panjang dari ranu pane sebanding dengan pemandangan indah danau kehijauan di depan mata ini yang bikin hati adem.
Mengenai danau ini, sewaktu briefing di ranu pane sebelum memulai pendakian semeru, saver bercerita bahwa alkisah dahulu kala ada pertapa yang mendapat tugas untuk mencari dua sumber air. Singkat cerita, pertapa tersebut menemukan dua sumber air di semeru. Pertama adalah ranu kumbolo. Kedua adalah sumber mani yang berada di sebelah barat kalimati. Jadi, air di ranu kumbolo itu disucikan. Air di ranu kumbolo juga dijadikan sebagai pelengkap ritual upacara adat suku tengger. Bahkan perayaan waisak di Borobudur bulan juni lalu juga mengambil air dari ranu kumbolo.
Nah, dalam film 5 KM, ada dua adegan fatal yang dilarang dilakukan di kawasan semeru. Pertama, acara nyebur ke ranu kumbolo setelah turun dari mahameru. Kedua, membuat api unggun. Untuk adegan pertama, saver mengungkapkan kalau kita melihat film itu, akan nampak bahwa mereka nyebur di kolam yang agak kebiruan sementara ranu kumbolo berwarna kehijauan. Jadi, adegan itu tidak dilakukan di kawasan semeru. Pada adegan kedua, dilarang keras membuat api unggun di kawasan semeru. Meskipun adegan api unggun di film 5 KM sangat ‘makjleb’ karena di adegan itu ada pernyataan cinta sekaligus penolakan cinta dan kau mengingatnya sebagai hal yang romantis, jangan sekali-kali membuat api unggun.
Apa kau berani bertanggung jawab pada setiap kebakaran yang ditimbulkan akibat api yang kau buat?
Saya tahu, setiap adegan persahabatan dan kisah cinta di film itu melekat dalam ingatan kalian. Tapi plis, jangan lakukan dua adegan itu di ranu kumbolo. Jangankan nyebur untuk mandi, cuci muka atau cuci kaki di danau pun dilarang. Untuk keperluan berwudhu, mencuci piring, sikat gigi dan lainnya. Kalian harus lakukan agak jauh dari bibir danau. Jika tidak, kalian bisa dapat sanksi adat ataupun sanksi dari pihak pengelola TNBTS. Sewaktu saya di ranu kumbolo minggu lalu, saya mendengar langsung sang saver berteriak melalui toa bahwa siapapun yang cuci muka atau cuci kaki di ranu kumbolo akan langsung di blacklist. Jadi, tahanlah diri kalian sampai kalian turun dari semeru dan nyeburlah kalian di bak mandi rumah kalian masing-masing.
Hai sesama anak kasur, tunjukkan pada dunia bahwa kita juga punya prinsip !