Setelah lebih dari satu tahun maju mundur untuk pergi ke dokter kandungan, akhirnya saya nekad juga periksa ke dokter kandungan bulan januari lalu. Dan akhirnya terjawab sudah rasa penasaran saya mengapa saya sering mengeluh sakit dengan lebai sampai pingsan pada hari pertama menstruasi. Iya. Ada si Tata. Panggilan sayang saya untuk kista coklat berukuran 4-5 cm yang sedang bertapa di rahim kanan saya.
Tahun 2011 saya juga pernah ke dokter kandungan. Saat itu saya habis pingsan di kantor. Seminggu kemudian saya pergi ke dokter kandungan sendirian dan menceritakan kondisi saya yang kesakitan saat hari pertama menstruasi. Hasilnya, dokter bilang tidak ada apa-apa di rahim saya. Sebaiknya dicoba untuk berolahraga. Jika tidak ada perubahan, saya diminta datang kembali
Singkat kata. Saya tidak datang kembali. Saya tetap menjalani hidup dengan normal. Kadang saya mengalami sakit yang normal tapi juga kadang sangat sakit jika menstruasi datang. Badan menggigil disertai diare dan muntah. Serta wajah saya yang berubah putih pucat.
Setelah menikah, tidak ada perubahan yang berarti. Siklus menstruasi saya lancar, namun saya belum juga hamil. Pada bulan januari ini, saya mengalami sakit menstruasi yang agak parah sehingga beberapa teman meminta (setengah memerintah) saya untuk segera memeriksakan diri ke dokter kandungan agar ada tindakan antisipasi jika saya mengalami ‘sesuatu’.
Setelah survei ke beberapa rumah sakit ibu dan anak di kota Malang, akhirnya saya memilih pergi ke rumah sakit Melati Husada dan bertemu dengan seorang dokter perempuan yang menurut rekomendasi beberapa teman adalah dokter perempuan yang ramah dan baik hati. Saya datang di hari sabtu sendirian. Mengantri bersama beberapa ibu-ibu hamil yang diantar suami atau keluarganya. Kebanyakan mereka memandang saya dengan heran. Lha wong dengan kostum celana, jaket, sandal gunung dan tas ransel kumal, saya pergi ke dokter kandungan. Tapi ya saya cuek aja sih. Hehehe.
Setelah mengantri sekian lama, akhirnya nama saya dipanggil. Dokter menyambut saya dengan ramah. Saya bercerita tentang sakit menstruasi yang agak parah. Dokter juga menanyakan dan memberi catatan di buku pasien. Tentang usia pernikahan dan tentang frekuensi pertemuan saya dan suami. Dokter geleng-geleng kepala ketika saya bercerita tentang pertemuan kami yang tidak teratur. Dan akhirnya tiba saat dokter menyuruh saya berbaring di ranjang pasien untuk memeriksa rahim saya dengan USG.
Ketika dokter memeriksa rahim kiri, dokter berkata rahim kiri saya bagus dan normal. Namun, ketika memeriksa rahim kanan, dokter mendapati bahwa ada kista ukuran 4-5 cm yang sedang bertapa disana. Dokter mengatakan bahwa kista itu bisa muncul karena sebab hormonal. Jadi tidak ada obat yang bisa diberikan atau tindakan yang harus dilakukan. Saya hanya harus menjaga pola hidup dan pola makan.
Di satu sisi saya lega karena tidak ada hal buruk yang mengharuskan saya untuk operasi. Dari informasi yang saya dapat, biasanya dianjurkan untuk melakukan operasi jika kista berukuran lebih dari 5 cm. Dianjurkan juga untuk melakukan operasi, jika ada kista di rahim kanan dan rahim kiri dan dikhawatirkan kista itu menyebabkan kita sulit hamil. Di satu sisi lain, saya cemas juga. Bagaimana jika kista itu membesar dan mengharuskan saya untuk operasi. Bagaimana juga jika kista itu yang menyebabkan saya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan saya ini.
Pulang dari dokter kandungan, saya mencari informasi dari internet tentang si Tata. Kista Coklat yang memiliki nama ilmiah endometriosis. Saya akan mencoba menjelaskan dengan sederhana agar lebih mudah dipahami.
Si Tata ini adalah gumpalan darah yang ‘tersisa’ di rahim yang tidak ikut keluar saat kita menstruasi. Ibaratnya, menstruasi adalah ‘bayi’ yang tidak jadi kita kandung dan si Tata adalah bagian dari bayi tersebut. Kista coklat ini sifatnya hormonal, selain itu bisa juga karena faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai lingkungan organnya, dan juga faktor paparan lingkungan.
Beberapa gejala bagi perempuan yang memiliki kista coklat adalah sakit yang luar biasa pada perut bagian bawah dan sekitar pinggul yang timbul sebelum dan selama siklus menstruasi. Selain itu, gejala lainnya adalah diare, konstipasi, kelelahan, dan mual selama periode menstruasi. Di samping rasa sakit, perut juga terasa kembung, ada darah pada feses atau urine, volume darah yang berlebihan saat menstruasi, serta pendarahan di luar siklus menstruasi.
Penanganan si Tata juga tidak pasti sifatnya. Rasa sakit luar biasa saat menstruasi yang menjadi gejala utama kista coklat biasanya dapat dikurangi dengan obat pereda sakit atau terapi hormon. Penanganan dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat kista coklat, terutama jika kita berencana punya anak.
Informasi tentang kista coklat sedikit banya membuat hati saya lega. Apalagi ketika membaca kolom komentar dari banyak perempuan yang mengalami hal serupa. Ada yang sembuh dan hamil. Ada juga yang muncul terus-menerus setelah dilakukan operasi.
Nah, saya jadi ingat pesan dokter untuk mengubah pola makan dengan mengurangi makanan instan (padahal mie goreng adalah favorit saya). Disarankan juga untuk memperbanyak makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti brokoli dan ketela ungu. Dari informasi di internet, makanan yang dianjurkan untuk perempuan yang memiliki kista coklat adalah brokoli, bayam, kacang-kacangan, selada, tomat, telur, susu, dan yogurt. Semoga dengan makanan tersebut si Tata berniat mengakhiri masa bertapanya di rahim saya.
Yang terakhir, dokter berkata, agar sang suami segera datang ke malang dan saya cepat-cepat program hamil. Memang ada yang bilang, kista bisa luruh secara alami saat kita melahirkan. Saran terakhir ini yang membuat saya tersenyum bahagia. Baiklah, dokter. Saya akan merayu agar suami saya cepat-cepat ke malang dan saya bisa segera membuat agenda bulan madu kami yang kesekian. Hehehe.
Catatan : Sumber tentang kista coklat dapat dibaca di http://www.alodokter.com