THE CHAIR, KISAH TENTANG PEREMPUAN DAN DINAMIKA DUNIA KAMPUS

Sekitar bulan Juli dan Agustus, saya mulai ketagihan berlangganan Netflix, salah satu platform yang menyediakan berbagai film dan tontonan lainnya yang dapat diakses melalui aplikasi android dan windows. Nah, dari berbagai film dan serial yang saya tonton, The Chair membuat saya terpesona karena menyajikan cerita dengan berlatar belakang dunia Kampus namun disajikan secara kocak dan cocok untuk penonton yang bekerja di kampus seperti saya.

Dikisahkan bahwa Dr. Ji-Yoon Kim yang diperankan oleh Sandra Oh baru saja ditunjuk untuk menjadi Ketua Departemen Sastra Inggris di Universitas Pembroke, salah satu Departemen dengan peminat yang paling sedikit karena sepertinya tidak banyak orang tertarik belajar sastra. Dia menjadi perempuan asia pertama yang menjadi Ketua Departemen di Universitas tersebut. Karena peminat yang mulai berkurang, Dekan memutuskan untuk memecat 3 Dosen Senior dengan peringkat teratas dengan kriteria ‘minimnya mahasiswa yang memilih untuk mengikuti kelasnya’.  Lalu konflik pun berlanjut dengan berbagai masalah, antara masalah pribadinya yang memutuskan untuk tidak menikah tapi mengadopsi anak, sampai masalah dimana Sahabat terdekatnya membuat kesalahan saat mengajar dan membawa ‘fasisme’ ke dalam kelas. Hal ini menyebabkan mahasiswa berdemonstrasi dan memaksa kampus untuk memecat dosen tersebut.

Permasalahan cukup banyak terjadi hingga akhirnya dosen-dosen di Departemen Sastra Inggris tersebut mengadakan rapat untuk memecat Dr. Ji-Yoon Kim dari jabatannya sebagai Kepala Departemen karena dianggap tidak dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang semakin memuncak.

Sebenarnya yang lebih penting dari sinopsis atau jalan cerita serial ini adalah isu-isu mengenai perempuan yang bekerja di kampus. Pertama, perempuan diperkenankan menjabat tapi banyak yang tidak percaya perempuan bisa menduduki peran yang penting atau puncak jabatan dalam sebuah kampus karena ‘keperempuanan’nya. Selanjutnya isu mengenai ibu yang bekerja yang juga harus susah payah mengatur waktu dan tenaga antara fokus bekerja dan mengasuh anak. Isu selanjutnya adalah bagaimana seorang dosen, sepintar apapun, harus juga mengikuti perkembangan jaman karena mahasiswa yang diajar memiliki dunia yang berbeda. Misalnya, Dosen hanya menggunakan bahan ajar berupa diktat perkuliahan padahal pada dunia digital sekarang, mahasiswa lebih cepat paham dengan pembelajaran audio dan visual. Termasuk bagaimana seorang dosen juga harus memperhatikan umpan baik dari mahasiswa dalam menggunakan metode mengajar.

Tulisan lain yang mewakili hati dan pikiran saya tentang Isu Perempuan yang diangkat oleh Serial The Chair ditulis oleh Injagi Jigana di situs magdalene.co, dapat dibaca melalui link berikut ini:

https://magdalene.co/story/5-Isu-Perempuan-Dalam-Serial-Terbaru-Netflix-The-Chair

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *