Tiga Puluh Satu, Memulai Kehidupan Di Kota Baru

Tahun lalu, ketika saya menginap di rumah salah seorang teman saya di Malang, dia menanyakan sebuah pertanyaan : “Apa yang berubah padamu setelah menikah ?”. Saat itu saya langsung terdiam. Saya berpikir keras sambil mengutuk diri sendiri karena saya kesulitan menjawab pertanyaan yang sederhana ini. Apa benar sudah ada yang berubah dalam diri saya setelah saya menikah ?

Setelah terdiam beberapa saat, saya menjawab pertanyaan teman saya itu. Perubahan terbesar dalam diri saya setelah saya menikah adalah : saya lebih peduli dengan keluarga. Dulu, sepertinya saya terjebak dengan keegoisan ‘Aku’ dan ‘Mimpi-mimpiku’. Bagi saya, pusat dunia kecil saya adalah saya dan segala yang ada di kepala saya. Apalagi, saya sudah berada di luar rumah untuk mondok semenjak saya menempuh pendidikan menengah pertama. Jadi saya kurang memiliki kedekatan secara emosional dengan keluarga. Selama mondok di Jombang dan selama saya kuliah serta bekerja di Malang, saya banyak menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi tanpa bercerita kepada keluarga. Bagi saya saat itu, satu-satunya cara untuk berbakti kepada orang tua adalah dengan tidak membuat masalah. Jadilah saya mencoba untuk tidak membuat masalah dan berusaha untuk membanggakan orang tua dengan nilai akademik yang –tidak buruk-buruk amat-.

Setelah menikah, saya baru sadar, saya selama ini terjebak dengan target-target dan mimpi-mimpi yang saya buat sendiri. Ternyata, menjadi anak berbakti tidak cuma masalah prestasi akademik. Tapi, di luar semua itu. Ada satu hal yang luput saya perhatikan selama ini, dan baru saya sadari setelah saya menikah dan mengenal keluarga baru dari suami. Bagi keluarga kecil saya –ayah,ibuk,adek-, memberi perhatian kecil dan sering pulang ke rumah adalah hal yang membahagiakan mereka. Padahal, saya selama ini cuek dan jarang sekali berkomunikasi baik lewat pesan atau lewat telepon. Hiks. Hiks.

Karena itu, semenjak menikah, saya berubah pelan-pelan. Saya mulai belajar untuk rajin berkirim kabar lewat pesan. Saya mulai belajar memberi perhatian kecil pada mereka. Saya mulai berusaha untuk lebih sering pulang ke rumah Jombang. Dan lain-lain.

Perbedaan terbesar tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya adalah : saya pindah dari Malang ke Batang dan memulai profesi baru sebagai seorang dosen di IAIN Pekalongan. Kehidupan baru ini otomatis membuat saya harus belajar beradaptasi dengan cepat. Saya dituntut untuk lebih bisa mengatur dan membagi waktu antara tugas menjadi dosen dan tugas tambahan sebagai seorang staf. Karena jarak antara kampus 1 dengan kampus 3 lumayan jauh dan saya tidak bisa mengendarai kendaraan bemotor. Huft…..

Lelah dan stres kadang datang dan kalau sudah suntuk banget, paling saya cuma mewek lalu ngajak suami makan di angkringan dekat rumah. Pingin sih untuk jalan-jalan ke luar kota. Tapi waktu dan biaya nya masih belum memungkinkan karena saya harus fokus pada usaha untuk merenovasi bagian belakang dan bagian depan rumah subsidi KPR yang baru saya beli awal tahun ini. Doakan renovasi ini cepat selesai. Amiiin.

Nah, Saat berulang tahun ke 30 lalu saya membuat ’10 Daftar yang ingin saya capai untuk 1 s.d. 5 tahun ke depan’. Dari 10 daftar tersebut, hanya dua hal yang baru tercapai pada ulang tahun ke-31 ini, yaitu  ‘Mulai mengajar di kampus Pekalongan’ dan  ‘Memiliki rumah dan tinggal bersama agar tidak lagi menjalani LDM’. Kalau mau melihat daftar yang sudah saya buat tahun lalu bisa langsung ke tulisan ini : Merayakan Tiga Puluh

Tahun ini, saya tidak ingin terjebak dalam apa yang ingin saya capai. Saya ingin lebih slow dalam menjalani hidup. Saya ingin memberi perhatian lebih pada keluarga dan orang-orang yang telah menyayangi saya. Saya ingin mengurangi tingkat ‘keeogisan’ dan mengubah fokus yang awalnya ‘hanya’ untuk diri saya sendiri. Saya ingin lebih membuka diri dan membantu mimpi-mimpi orang lain.

Untuk itu, jika tahun lalu saya membuat 10 hal yang ingin dicapai, maka tahun ini saya hanya membuat 10 nomor wish list. Harapannya, dengan saya menuliskan wish list ini, orang-orang yang membacanya akan turut serta mengamini. Berikut  10 wish list dalam usia saya yang ke-31 :

  1. Menulis cerpen kembali dan menerbitkan kumpulan cerpen ke-2
  2. Menambah kemampuan berbahasa inggris
  3. Menulis karya ilmiah (jurnal dan penelitian)
  4. Menempuh pendidikan S3
  5. Menempuh pendidikan profesional bidang akuntansi (akuntansi syariah dan audit)
  6. Hamil dan melahirkan seorang anak
  7. Traveling ke tempat-tempat di Indonesia dan juga negara-negara lain
  8. Memiliki bisnis sendiri yang dikelola bersama suami
  9. Tetap konsisten menjadi blogger
  10. Membaca lebih banyak buku
  11. Membentuk komunitas literasi dan komunitas perempuan

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *