: Catatan hari pertama
Ibaratnya seperti ini. Separuh hati saya tertanam pada lapisan tanah di kota malang. Seperempat sisanya tertinggal di jogja. Seperempat terakhir tersesat di ubud. Maka meskipun di awal tahun saya sudah pergi ke ubud, kali ini saya nekat datang lagi ke ubud untuk ikut UWRF 2015. Apalagi setelah saya mendapat kepastian menumpang fasilitas penginapan gratis untuk Ratih yang diundang setelah lolos seleksi emerging writers.
Berbekal kupon diskon traveloka, saya memesan tiket pesawat. Saya membuat kesalahan dalam menyusun itinerary sehingga menyebabkan pembengkakan anggaran. Pertama, karena terburu-buru di akhir batas masa berlaku diskon, saya salah memilih tanggal dan akhirnya harus mengeluarkan biaya untuk reschedule. Kedua, saya memesan tiket berangkat jam 05.35 tanpa mencari info terlebih dahulu bahwa travel malang-juanda hanya melayani penumpang dengan penerbangan di atas jam 6. Sementara biaya untuk sewa mobil ke juanda lebih mahal daripada harga tiket pesawat.
Akhirnya saya terpaksa berangkat malam sebelum penerbangan. Rencana awal, saya bertekad untuk ngemper di masjid bandara sampai subuh. Tapi karena kondisi tubuh yang tidak fit dan khawatir pingsan karena siklus bulanan membuat saya memutuskan untuk menginap di hotel Ibis Budget yang ada di dekat terminal pemberangkatan dalam negeri yang harganya mahal untuk kantong backpacker.
Tetap saja. Kasur mahal tidak bisa membuat saya memejamkan mata. Selain karena takut ketinggalan pesawat, kesunyian dan kesendirian di tempat baru adalah faktor lainnya. Dan saya bergegas meninggalkan hotel setelah waktu check in telah tiba.
Perjalanan berlangsung lancar. Bahkan sebelum saya sempat menyelesaikan lima halaman buku “Menyusuri Lorong-Lorong Dunia” karya Sigit Susanto. Sampai di bandara denpasar, saya segera mencari info tentang tempat mangkal bis trans sarbagita. Ini saya lakukan untuk menyeimbangkan neraca anggaran perjalanan yang sempat minus karena tambahan biaya hotel. Dari informasi di internet, taksi atau sewa mobil dari bandara menuju ubud berkisar antara 250ribu-350ribu. Saya memilih bis trans sarbagita dengan tarif 3.500 rupiah yang mangkal di dekat pintu kedatangan internasional. Bis trans koridor 2 dengan rute Nusa Dua-Batu Bulan ini datang satu jam kemudian. Perjalanan dilanjutkan dengan promo gojek 10.000 rupiah dari terminal batu bulan ke ubud (kurang lebih 17km).
Kelelahan akibat perjalanan membuat saya tidak bersemangat mengikuti event di hari pertama. Lagipula saya kecewa karena event “1965, Writing On” yang diisi oleh Eka Kurniawan, Linda Christanty, dan Ayu Utami telah dibatalkan setelah ada negoisasi alot dengan pemda dan jajarannya. Menurut info yang beredar di media, semua event dalam festival ini yang berkaitan dengan topik 1965 dan reklamasi tanjung benoa dilarang untuk dihelat. Jika tetap dilakukan maka ijin penyelenggaraan Ubud Writers and Readers Festival akan dicabut.
Jadilah saya seharian cuma leyeh-leyeh sambil menunggu event nonton bareng “Beta Maluku : Cahaya Dari Timur” yang menghadirkan Glenn Fredly sebagai Director dan M. Irfan Ramli sebagai Penulis Skenario. Film diputar dengan penonton membludak. Termasuk sesi singkat bincang film yang diakhiri dengan antrian berfoto selfie ala fans Glenn Fredly. Dan ini untuk pertama kalinya saya menghadiri acara nonton film bareng, tentang sepakbola, ditemani polisi-polisi yang berseliweran kesana kemari.
Saya mengantuk. Lanjut besok ya.
Catatan :
- Tiket Masuk UWRF 2015 4 hari @ Rp.120.000 = Rp.480.000
- Tiket Pesawat Citilink Surabaya-Denpasar : 350.000
- Tiket Pesawat Citilink Denpasar-Surabaya : 350.000
- Reschedule Tiket Pulang (Denpasar-Surabaya) : 100.000
- Biaya Hotel 1 Malam di Ibis Budget : 420.000
- Tiket Bis Trans Sarbagita Bandara Ngurah Rai-Terminal Batu Bulan : 3.500
- Biaya Gojek Batu Bulan-Ubud /17 km (Promo Maksimal 25 km) : 10.000