Bagaimana harimu, raga ?
Hari ke-enam aku di pulau ini. Masih ada 20 hari lagi sebelum kembali ke malang. Entah mengapa aku mulai merasa bali begitu puitis. Tentu saja, macet dan banjir adalah dua hal yang tidak termasuk didalamnya. Aku mulai merasa setiap gerakan sembahyang yang dilakukan oleh seorang perempuan paruh baya, ibu pemilik guest house tempat aku tinggal selama di denpasar, begitu indah. Seperti juga bagaimana aku mulai terbiasa mendengar -sejenis- adzan pada saat makan siang di kantin IALF dan setiap menjelang senja di semua stasiun TV. Ada sejenis spiritualitas yang menyatukan manusia dengan alam. Dan itu sangat puitis.
Raga, hari ini adalah hari dewi saraswati. Pagi ini, aku melihat salah satu sudut tempat sembahyang di IALF didatangi oleh orang-orang secara bergantian. Dewi saraswati adalah dewi yang menguasai ilmu pengetahuan dan seni, dua hal yang merupakan salah satu jalan untuk mencapai moksa, pembebasan dari kelahiran kembali. Bukankah aku disini juga sedang berusaha menguasai salah satu jenis ilmu pengetahuan ? tidakkah itu sebuat kebetulah yang sangat romantis ?
Raga, aku juga tiba-tiba menjadi manusia yang terobsesi dengan waktu. Aku merasa setiap hari adalah berharga karena banyak hal yang aku tinggalkan di malang untuk berada disini. Pagi ini, aku mengikuti yoga gratis yang diselenggarakan oleh IALF setiap sabtu. Segala hal yang disertai kata gratis memang sangat terlihat menarik. Karena tidak punya matras, aku terpaksa menggunakan sajadah tipis yang kubawa dari malang. Aku rasa itu pilihan yang tepat. Gerakan yoga hampir mirip dengan sholat. Dan itu dilakukan berulang kali. Sejenis rukuk, sejenis sujud, sejenis duduk diantara dua sujud. Tuma’ninah. Betapa aku malu mengingat belum bisa tuma’ninah sampai di usia mendekati 30. Betapa juga aku tersindir dengan setiap gerakan yang dilakukan dalam yoga. Menjadi gunung, menjadi ular, menjadi pohon adalah beberapa gerakannya. Tidakkah kau merasa bahwa semakin hari kita menjadi manusia yang memisahkan diri alam. Kita menjadi manusia yang terlalu tergesa-gesa. Kesulitan utama bukan dari kemampuan kita untuk melakukan segala sesuatu dengan cepat dan tepat. Kesulitan utama berasal dari kesabaran kita untuk melakukan segala sesuatu dengan lambat dan benar.
Raga, apa suratku sudah cukup membosankan karena terlalu panjang ? sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan sekarang. Tapi aku harus bergegas. Memanfaatkan hari libur untuk mencapai tempat-tempat tidak terlalu dipenuhi manusia. Aku juga masih ingin kursus kilat tari bali, mengunjungi ubud, melihat acara-acara kesenian, atau mungkin bertemu umbu landu parangi. Tapi aku tidak yakin semua bisa terlaksana dengan aktivitas sepadat ini dan dalam waktu sesingkat ini. Akses kemana-mana terbatas karena tidak ada dan tidak bisa mengendarai motor. Seperti yang kau tau, aku gadis dengan banyak target dan mimpi tapi minim aksi.
Raga, sudah dulu ya suratku untuk kali ini. Makan teratur dan kurangi rokok. Jaga kesehatan karena perjuangan kita masih panjang.
Perempuanmu,
Nona R